Pada
tanggal 12 Rabiul awwal 1442 H tahun ini Maulid Nabi Muhammad Saw diperingati bertepatan dengan tanggal 29 Oktober
2020 sehari setelah hari Sumpah Pemuda.Momentum peringatan maulid Nabi tentu
saja sebagai pelajaran bagi kita untuk selalu memperbaiki akhlak dan keimanan kita kepada Allah Swt.
Kendati
Nabi Muhammad dilahirkan pada 12 tanggal Rabiul Awwal tahun 570 M di Makkah,namun
tradisi Maulid tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja. Para pecinta
Nabi sudah memperingati momen
agung ini setiap hari mulai dari awal sampai dengan akhir bulan.Bahkan ada yang
melaksanakannya di luar bulan Rabiul Awal dan lebih dari itu ada pula yang menjadikan peringatan kelahiran
Nabi sebagai acara di seluruh bulan.Ini merupakan bentuk kecintaan atas
anugerah datangnya manusia paling sempurna di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah
SWT bagi manusia. Ekspresi kecintaan umat Islam di Indonesia pun diwujudkan dengan berbagai
macam acara seperti pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, dan juga perlombaan, seperti lomba
baca Al-Qur'an, lomba azan, lomba baca kitab
kuning, lomba shalawat, lomba marawis dan sebagainya.
Kedatangan
hari istimewa tersebut juga tidak kalah disambut dengan meriah. Setiap
masyarakat punya caranya tersendiri
dalam menyambut dan mengekspresikan sukacita mereka. Pembacaan maulid di masjid-masjid, musholla dan
langgar-langgar kecil di daerah nyatanya dilaksanakan oleh sebagian masyarakat. Namun, bagi
mereka yang tidak melakukan, pada hakikatnya mereka
tetap memperingati hari istimewa tersebut lewat pengangkatan Sirah Nabi
Muhammad sebagai topik hangat dalam
kajian keislaman maupun perbincangan majelis mereka. Belum lagi kehadiran bazar, grebeg Maulid dan
lain sebagainya, masyarakat Indonesia sejak dahulu memang sudah dikenal sebagai masyarakat
yang kreatif dalam mengadakan peringatan atas momentum tertentu.
Sudah
selayaknya memang, hari kelahiran Muhammad Saw dirayakan dengan meriah oleh seluruh umat Muslim sedunia. Hal ini
dapat dimengerti lewat kedudukan yang diberikan oleh Allah kepadanya. "Dan tidaklah kami
mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam," demikian arti salah satu firman Allah dalam
Al-Qur'an. Bahkan dalam sebuah hadits
qudsi, dikatakan bahwa Allah berfirman, “Kalau bukan karena engkau (Muhammad),
maka
alam
semesta ini tidaklah diciptakan."
Tingginya
kedudukan Nabi Muhammad juga dapat dilihat dalam kisah yang diceritakan oleh Al-Qur'an. Dalam surat Al Imran
ayat 81, Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi,
'Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu
sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah berfirman,'Apakah
kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang demikian itu?' Mereka pun
menjawab,'Kami mengakui’’. Senada dengan firman tersebut, Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Imam
Ahmad bersabda, "Demi
(Allah) yang jiwaku berada pada genggaman-Nya, seandainya Musa As hidup,dia
tidak dapat mengelak dan mengikutiku." Kedudukan tinggi
Nabi Muhammad Saw ini sendiri, tak
lepas dari kemuliaan akhlak dan budi pekerti yang ia miliki. Allah memujinya
dalam surat Al-Qalam
ayat 4, "Sesungguhnya engkau (Muhammad), berada di atas akhlak yang
agung". Akhlak
mulia inilah contoh nyata dari kehidupan beliau nabi Muhammad SAW.
Dalam
konteks abad modern, Mahatma Ghandi yang beragama Hindu,memberikan pengakuan terhadap keluhuran budi Nabi Muhammad
Saw. Dalam sambutannya untuk buku Muhammad Prophet
for our Time yang ditulis oleh Karen Amstrong, ia menyatakan, “Saya takjub,
manusia seperti apa yang hingga hari
ini menawan hati jutaan manusia. Saya menjadi lebih dari sekedar yakin, bahwa bukan pedang yang membuat
Islam jaya. Kebersahajaan, pelenyapan ego Sang Nabi, tekad kuat untuk memenuhi janjinya, pelayanan yang amat
mendalam kepada sahabat dan pengikutnya,
keberanian yang tak mengenal rasa takut, keyakinan kepada Tuhan dan misinya, semua inilah yang membuat Islam berjaya
dan mampu menyingkirkan segala penghalang."
Berkaca
pada hal tersebut, terlebih bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad Saw di bulan ini, sudah selayaknya bagi kita, pemeluk
agama Islam untuk memperbaharui kembali
semangat dalam mencintai manusia agung ini. Cinta kita kepadanya
dengan
selalu bershalawat, mengumandangkan shalawat tersebut sebagaimana para malaikat
membacakan sholawat atas Nabi.
Cinta
Nabi dengan bershalawat kepadanya tersebut diekspresikan dengan beragam cara seperti pembacaan kitab Maulid dan ragam
peringatan lain. Namun, apa pun bentuknya, yang menjadi esensi terpenting dalam peringatan hari Maulid
sesungguhnya adalah pelajaran apa yang
dapat kita ambil dari sejarah kehidupan Sang Utusan. Fiqh Sirah Nabawi, buku
karya dr Muhammad Said Ramadhan Buthi
dan Fiqh Sirh karya Syaikh Muhammad Alghozali, boleh dikedepankan ketika membicarakan konteks
ini. Kedua ulama ini tidak hanya sebatas menulis sejarah kehidupan Nabi Muhammad saja, seperti dalam kitab-kitab
Maulid konvesional, namun keduanya juga berusaha
menyimpulkan pembelajaran apa yang bisa diambil dalam setiap kejadian di masa hidup Rasul. Lebih
lanjut, bahkan dr Buthi membuat pembelajaran tersebut menjadi sub bab khusus pada setiap bab
dengan menamainya Alibrah wal idzat. Hal ini dirasa lebih urgen, karena selain mengetahui
realitas sejarah dan mengenal pribadi Nabi Muhammad lebih dekat, mengambil pelajaran dari
momentum sejarah kehidupan Rasul, kemudian menerapkan
nilai-nilainya bukan tidak mungkin bisa menjadi solusi kita dalam menghadapi permasalahan-permasalahan di masa
kini.
Pribadi
Rasulullah yang santun, murah senyum, pemaaf, kasih sayang dan peduli pada
sesama seyogyanya kita tiru.
Toleransi yang tinggi kepada selain beragama Islam selalu dijunjung Rasulullah Saw. Dalam rangkuman sejarah,
diceritakan bahwa Nabi Muhammad setiap hari selalu
memberi makan dan menyuapi seorang Yahudi yang matanya buta berada di ujung
pasar Madinah. Padahal, Yahudi
buta tersebut selalu mencaci-maki beliau saat disuapi. Barulah setelah Nabi Muhammad wafat, Yahudi tersebut
mengetahui bahwa orang yang telah ia caci maki adalah Muhammad, orang berakhlak mulia yang
peduli kepadanya.
"
Sesungguhnya Aku ( Allah) utus engkau Muhammad kecuali untuk menyempurnakan
akhlak
manusia" Perbaikan
akhlak manusia menjadi sorotan utama pembinaan karakter yang harus terus menerus disempurnakan dengan pendidikan
agama melalui pendidikan di dalam keluarga,
belajar
di sekolah atau di lingkungan masyarakat.
Contoh
sifat yang dicontohkan Nabi Muhammad harus ditiru oleh umatnya sebagai panutan. Juga sifat Rasulullah Saw yang harus
ditanamkan kepada kita bahwa Rasul memiliki sifat shiddiq
selalu berbuat kebenaran, amanah dapat dipercaya, tabligh
menyampaikan amanah dan Fathonah (cerdas).Keempat sifat Nabi
Muhammad tersebut sudah seharusnya diteladani umat manusia dalam mengarungi sendi-sendi kehidupannya.
(
Penulis : Rakhmi Ifada, M.Pd.I Guru PAI SMAN 1 Cigombong)
Sumber:
https://www.nu.or.id/post/read/99763/maulid-nabi-dan-esensi-peringatannya
https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.