Lagu lagu

Senin, 02 November 2020

Esensi memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw

Pada tanggal 12 Rabiul awwal 1442 H tahun ini Maulid Nabi Muhammad Saw diperingati bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2020 sehari setelah hari Sumpah Pemuda.Momentum peringatan maulid Nabi tentu saja sebagai pelajaran bagi kita untuk selalu memperbaiki akhlak dan keimanan kita kepada Allah Swt.

Kendati Nabi Muhammad dilahirkan pada 12 tanggal Rabiul Awwal tahun 570 M di Makkah,namun tradisi Maulid tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja. Para pecinta Nabi sudah memperingati momen agung ini setiap hari mulai dari awal sampai dengan akhir bulan.Bahkan ada yang melaksanakannya di luar bulan Rabiul Awal dan lebih dari itu ada pula yang menjadikan peringatan kelahiran Nabi sebagai acara di seluruh bulan.Ini merupakan bentuk kecintaan atas anugerah datangnya manusia paling sempurna di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia. Ekspresi kecintaan umat Islam di Indonesia pun diwujudkan dengan berbagai macam acara seperti pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, dan juga perlombaan, seperti lomba baca Al-Qur'an, lomba azan, lomba baca kitab kuning, lomba shalawat, lomba marawis dan sebagainya.

Kedatangan hari istimewa tersebut juga tidak kalah disambut dengan meriah. Setiap masyarakat punya caranya tersendiri dalam menyambut dan mengekspresikan sukacita mereka. Pembacaan maulid di masjid-masjid, musholla dan langgar-langgar kecil di daerah nyatanya dilaksanakan oleh sebagian masyarakat. Namun, bagi mereka yang tidak melakukan, pada hakikatnya mereka tetap memperingati hari istimewa tersebut lewat pengangkatan Sirah Nabi Muhammad sebagai topik hangat dalam kajian keislaman maupun perbincangan majelis mereka. Belum lagi kehadiran bazar, grebeg Maulid dan lain sebagainya, masyarakat Indonesia sejak dahulu memang sudah dikenal sebagai masyarakat yang kreatif dalam mengadakan peringatan atas momentum tertentu.

Sudah selayaknya memang, hari kelahiran Muhammad Saw dirayakan dengan meriah oleh seluruh umat Muslim sedunia. Hal ini dapat dimengerti lewat kedudukan yang diberikan oleh Allah kepadanya. "Dan tidaklah kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam," demikian arti salah satu firman Allah dalam Al-Qur'an. Bahkan dalam sebuah hadits qudsi, dikatakan bahwa Allah berfirman, “Kalau bukan karena engkau (Muhammad), maka

alam semesta ini tidaklah diciptakan." 

Tingginya kedudukan Nabi Muhammad juga dapat dilihat dalam kisah yang diceritakan oleh Al-Qur'an. Dalam surat Al Imran ayat 81, Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi, 'Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah  berfirman,'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang demikian itu?' Mereka pun menjawab,'Kami mengakui’’. Senada dengan firman tersebut, Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Imam Ahmad bersabda, "Demi (Allah) yang jiwaku berada pada genggaman-Nya, seandainya Musa As hidup,dia tidak dapat mengelak dan mengikutiku." Kedudukan tinggi Nabi Muhammad Saw ini sendiri, tak lepas dari kemuliaan akhlak dan budi pekerti yang ia miliki. Allah memujinya dalam surat Al-Qalam ayat 4, "Sesungguhnya engkau (Muhammad), berada di atas akhlak yang agung". Akhlak mulia inilah contoh nyata dari kehidupan beliau nabi Muhammad SAW.

Dalam konteks abad modern, Mahatma Ghandi yang beragama Hindu,memberikan pengakuan terhadap keluhuran budi Nabi Muhammad Saw. Dalam sambutannya untuk buku Muhammad Prophet for our Time yang ditulis oleh Karen Amstrong, ia menyatakan, “Saya takjub, manusia seperti apa yang hingga hari ini menawan hati jutaan manusia. Saya menjadi lebih dari sekedar yakin, bahwa bukan pedang yang membuat Islam jaya. Kebersahajaan, pelenyapan ego Sang Nabi, tekad kuat untuk memenuhi janjinya, pelayanan yang amat mendalam kepada sahabat dan pengikutnya, keberanian yang tak mengenal rasa takut, keyakinan kepada Tuhan dan misinya, semua inilah yang membuat Islam berjaya dan mampu menyingkirkan segala penghalang." 

Berkaca pada hal tersebut, terlebih bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Nabi

Muhammad Saw di bulan ini, sudah selayaknya bagi kita, pemeluk agama Islam untuk memperbaharui kembali semangat dalam mencintai manusia agung ini. Cinta kita kepadanya

dengan selalu bershalawat, mengumandangkan shalawat tersebut sebagaimana para malaikat

membacakan sholawat atas Nabi.

Cinta Nabi dengan bershalawat kepadanya tersebut diekspresikan dengan beragam cara seperti pembacaan kitab Maulid dan ragam peringatan lain. Namun, apa pun bentuknya, yang menjadi esensi terpenting dalam peringatan hari Maulid sesungguhnya adalah pelajaran apa yang dapat kita ambil dari sejarah kehidupan Sang Utusan. Fiqh Sirah Nabawi, buku karya dr Muhammad Said Ramadhan Buthi dan Fiqh Sirh karya Syaikh Muhammad Alghozali, boleh dikedepankan ketika membicarakan konteks ini. Kedua ulama ini tidak hanya sebatas menulis sejarah kehidupan Nabi Muhammad saja, seperti dalam kitab-kitab Maulid konvesional, namun keduanya juga berusaha menyimpulkan pembelajaran apa yang bisa diambil dalam setiap kejadian di masa hidup Rasul. Lebih lanjut, bahkan dr Buthi membuat pembelajaran tersebut menjadi sub bab khusus pada setiap bab dengan menamainya Alibrah wal idzat. Hal ini dirasa lebih urgen, karena selain mengetahui realitas sejarah dan mengenal pribadi Nabi Muhammad lebih dekat, mengambil pelajaran dari momentum sejarah kehidupan Rasul, kemudian menerapkan nilai-nilainya bukan tidak mungkin bisa menjadi solusi kita dalam menghadapi permasalahan-permasalahan di masa kini. 

 

Pribadi Rasulullah yang santun, murah senyum, pemaaf, kasih sayang dan peduli pada sesama seyogyanya kita tiru. Toleransi yang tinggi kepada selain beragama Islam selalu dijunjung Rasulullah Saw. Dalam rangkuman sejarah, diceritakan bahwa Nabi Muhammad setiap hari selalu memberi makan dan menyuapi seorang Yahudi yang matanya buta berada di ujung pasar Madinah. Padahal, Yahudi buta tersebut selalu mencaci-maki beliau saat disuapi. Barulah setelah Nabi Muhammad wafat, Yahudi tersebut mengetahui bahwa orang yang telah ia caci maki adalah Muhammad, orang berakhlak mulia yang peduli kepadanya. 

" Sesungguhnya Aku ( Allah) utus engkau Muhammad kecuali untuk menyempurnakan akhlak

manusia" Perbaikan akhlak manusia menjadi sorotan utama pembinaan karakter yang harus terus menerus disempurnakan dengan pendidikan agama melalui pendidikan di dalam keluarga,

belajar di sekolah atau di lingkungan masyarakat.

 

Contoh sifat yang dicontohkan Nabi Muhammad harus ditiru oleh umatnya sebagai panutan. Juga sifat Rasulullah Saw yang harus ditanamkan kepada  kita bahwa Rasul memiliki sifat shiddiq selalu berbuat kebenaran, amanah dapat dipercaya, tabligh menyampaikan amanah dan Fathonah (cerdas).Keempat sifat Nabi Muhammad tersebut sudah seharusnya diteladani umat manusia dalam mengarungi sendi-sendi kehidupannya.

 

( Penulis : Rakhmi Ifada, M.Pd.I Guru PAI SMAN 1 Cigombong)

Sumber: 

https://www.nu.or.id/post/read/99763/maulid-nabi-dan-esensi-peringatannya

https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.